FAKTOR RESIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59

Shantrya dhelly susanty, harry ade saputra

Abstract


Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia. Stunting adalah keadaan gizi kurang yang dilihat dari tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2SD..Penelitian ini menggunakan desain Crossectional dan dilaksanakan pada tanggal 06 Mei sampai 27 Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang berusia 12-59 bulan.Berdasarkan analis bivariat ada hubungan yang bermakna antara ASI eklusif (pvalue 0,0005, OR  8,9), konsumsi gizi ibu hamil (pvalue  0,0005, OR 6) dan pengetahuan gizi ibu (pvalue 0,0005, OR 6,7) dengan kejadian stunting.  Dapat disimpulkan yang paling berhubungan dengan kejadian stunting yaitu ASI eklusif. kepada petugas kesehatan untuk berperan aktif memberikan pengetahuan penting nya ASI eklusif selama 6 bulan. Kepada ibu untuk memperhatikan asupan gizi anak agar terhindar dari penyebab stunting


Full Text:

PDF

References


Anisa, P. (2012). Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan dikelurahan kalibaru Depok . Depok : Universitas Indonesia Kesehatan Masyarakat .

Al-Rahmad,H.A., Miko,A., & Hadi,A.(2013). Kejadian stunting pada anak balita ditinjau dari pemberian asi eklusif,MP-ASI, status imunisasi dan karakteristik keluarga. Aceh : Poltekes Kemenkes.

Dalimunthe, S. M. (2014). Faktor risiko stunting pada anak umur 6-24 bulan dikecamatan penanggalan kota Subulussam provinsi Aceh . Medan : STIKes Helvetia .

Enawati,F., Rosmalina,Y., & Permanasari, Y. (2013). pengaruh asupan protein ibu hamil dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak usia 12 bulan. Bogor : Pusat Teknologi Terapan Kesehatan.

Fikawati, S., Syafiq, A., & Karima, K. (2015). Gizi Ibu Dan Bayi. Jakarta: PT Raja Grfindo Persada.

Hanum, F. (2014). Hubungan tinggi badan ibu,konsumsi pangan dan status gizi pada balita . Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hapsari, W. (2018). Hubungan pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, tinggi badan orang tua, tingkat pendidikan ayah dengan kejadian stunting pada ank umur 12-59 bulan . Surakarta: Fakultas Kedokteran .

Lamid, A. (2015). Masalah kependekan (stunting) pada anak balita : analisis prospek penanggunalangannya di Indonesia. Bogor: PT IPB Press.

Lestari, W., Margawati, A., & Rahfiludin, M. (2014). Faktor risiko stunting pada anak umur 6-24 bulan di kecamatan Penanggalan kota Subulussam provinsi Aceh. Subulussam: STIKes Helvetia Medan.

M.thaha, I. l. (2010). Peran mikronutrien dalam perbaikan kualitas imunitas penderita multi drug resisten TB. Unas Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Ni'mah, C., & Muniroh, L. (2015). Hubungan tingkat pendidikan ,tingkat pengetahuan dan pola asuh ibu wasting dan stunting pada balita keluarga miskin. Surabaya: Universitas Air Langga Fakultas kesehatan Masyarakat.

Ni'mah, K., & Nadiroh, S. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan kejdian stunting pada balita. Surabaya: Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Nurlenika. (2017). hubungan asupan garam beryodium pada ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Yogyakarta : Universitas 'Aisyyah Fakultas Ilmu Kesehatan.

Oktariana, Z., & Sudarti, T. (2013). Faktor risiko kejadian stunting pada balita (24-59 bulan) di Sumatera. Depok : Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Palino, I. L., Masjid, R., & Ainurafiq. (2016). Determinan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan diwilayah kerja Puskesmas Pauwatu Kota Kediri . Kediri: Universitas Halu Eleo Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Pormes, W. E., Rompas, S., & Ismanto, A. Y. (2014). Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi di TK perdang Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi Fakultas Kedokteran .

Riskesdas, (2013). Status gizi anak balita.

Rochmawati, Marleniwati, & Waliyo, E. (2016). Gizi kurus (wasting) pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Kota Pontianak. Pntianak : Universitas Muhammadyah Fakultas Ilmu Kesehatan.

Ruhana, A. Istikomah, N., & Prijadi, B. (2016). pengaruh waktu terhadap asam amino turin pada ASI. Cilendek: Universitas Brawijaya Fakultas Kedokteran.

Salman, Arbie, F. Y., & Humalungo, Y. (2017). Hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting pada anak balita. Gorontalo : Politeknik Kesehatan.

Siagian, A. (2010). Epidemiologi Gizi. Medan: PT Erlangga .

Syafa'ah,H., (2016). hubungan status gizi dan asupan gizi ibu hamil trisemester IIIdengan panjang bayi lahir. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Fakultas ilmu kesehatan.

Vaozia, S., & Nuranto. (2016). faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 1-3 tahun. Grobongan: Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran.

Welina, W. F., Martha, Katasurya, & Rafilludin, M. (2016). faktor risiko stunting pada anak umur 12-14 bulan. Semarang: Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat.

WHO. (2014). Penurunan Jumlah stunting pada anak dibawah lima tahun.

Widuri, H. (2013). Cara mengelola ASI eklusif bagi ibu bekerja. Gosyen Publising.

Wijayanti, R. D., & Sumarmi, S. (2016). Pertumbuhan anak dari ibu yang yang mendapatkan suplemen anti mikronutrien dan anak dari ibu yang mendapatkan suplemen besi float selama hamil. Probolinggo: Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Yusrina, A., & Devy, S. R. (2016). Faktor yang mempengaruhi niat ibu memberikan ASI eklusif. Surabaya : Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat




DOI: http://dx.doi.org/10.32883/jph.v1i2.1237

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

JURNAL PUBLIC HEALTH
Published by Universitas Fort De Kock, Bukittinggi, Indonesia
© Jurnal Public Health  P-ISSN : 2407 - 2664